Breaking News
Loading...

19 Mei 2010

Jadilah Keluarga Pemurah

Rabu, Mei 19, 2010


Jika anda hidup berkecukupan, dalam arti kebutuhan sandang-pangan-papan dan pendidikan telah tercukupi, bersyukurlah. Berarti Allah 'Azza wa Jalla memberikan keluasan rezeqi pada anda. Namun satu hal yang tak boleh anda lupakan ialah, ada hak orang lain di dalam harta anda tersebut yang wajib anda keluarkan. Allah SWT memerintahkan anda mesyukuri nikmatnya dengan cara anda menumbuh-suburkan budaya sodaqoh di dalam lingkungan keluarga anda.
Dengan kata lain, anda, isteri/suami, anak-anak, ibu/ayah, nenek, teteh, khodimat anda, dan lain-lain, sepatutnya menjadi orang yang murah hati.
Sesungguhnya perintah berinfaq/bersodaqoh menempati posisi vital ditinjau dari sudut keimanan maupun kemasyarakatan. Sehingga Al Qur'an mencap orang-orang yang yang sholat sekalipun, sebagai kaum pendusta agama yang diancam masuk neraka wail, jika saja mereka lalai dalam memberi makan para kaum fakir-miskin (kaum tidak berpunya) (Q.S. Al Maa'uun)
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, bahwa seorang shohabiyah bersama anak perempuannya datang kepada Rasulullah SAW. Anak shohabiyah tersebut memakai dua buah gelang emas yang cukup besar. Kepada perempuan itu Rasulullah bertanya; "Apakah gelang itu sudah kamu zakati?" Jawab si shohabiyah; "Belum." Rasulullah SAW lalu memerintahkan wanita tadi mengeluarkan zakat gelang anak perempuannya. Namun oleh shohabiyah tadi, kedua gelang emas anaknya diserahkan seluruhnya untuk Allah dan RasulNya (baitul maal).
Tidak diceritakan, bagaimana reaksi si anak ketika gelangnya dilucuti lalu diserahkan kepada Nabi. Tapi yang jelas, shohabiyah dengan anak perempuannya itu tanpa banyak bicara, memberikan gelang emas mereka kepada Rasulullah SAW. Kesadaran berzakat yang kompak sungguh telah diperlihatkan oleh ibu dan anak tersebut di atas.
Namun, bagaimana mengajarkan anak-anak kita menjadi murah hati? Ini memang masalah yang sulit-sulit gampang. Sebab umumnya, jarang sekali ada anak-anak yang mau membagi miliknya pada orang lain. Entah makanan atau mainan. Karena anak-anak (usia TK sampai kelas satu) umumnya memiliki kecenderungan egois. Ia akan mempertahankan apa yang telah berada di tangannya, dan jarang sekali mau membaginya pada pihak lain. Namun sesungguhnya untuk merubah dia menjadi pemurah, bukan sesuatu yang mustahil.
Melatih anak untuk jadi "murah hati", prosesnya tentu tidak bisa berlangsung cepat. Misalnya dengan cara paksa atau dengan memberikan doktrin-doktrin agama. Para psikolog anak sendiri mengakui, bahwa anak usia tersebut, umumnya memiliki rasa keakuan yang tinggi. Ia tidak mau diganggu bila asyik bermain. Tidak mau ditegur bila melakukan kekeliruan. Apalagi bila diminta mainan atau makanan kesukaan yang sedang berada dalam genggamannya.
Pendek kata, ketika anak-anak kita dalam usia tersebut di atas, sedang melakukan aktivitas yang kadang membuat kita risih melihatnya, sebaiknya kita tidak menginterupsinya secara drastis. Cara-cara mencegah perbuatan anak-anak dari hal-hal yang beresiko sekalipun, akan lebih bijak bila dilakukan para orang tua dengan cara-cara persuasif.
Dalam konteks inilah, melatih anak untuk menjadi gemar membagi, sebaiknya dilakukan dengan cara persuasif dan keteladanan. Ibu atau ayah, bisa melakukan dengan berbagai kiat. Bisa dengan menceritakan kisah-kisah keutamaan anak-anak yang pemurah. Atau sebaliknya, menceritakan hal-hal yang tidak menguntungkan bagi anak-anak yang kikir. Namun dakwah bil hal (mencontohkan anak) dengan memperlihatkan perbuatan sodaqoh/infaq yang kita lakukan secara rutin adalah jauh lebih penting. Karena dengan memberi keteladanan berinfaq, insya Allah perubahan perilaku anak bisa berlangsung lebih efektif.
Lebih lengkapnya, berikut ini beberapa kiat praktis yang mungkin bisa kita lakukan untuk melatih anak gemar bersodaqoh.
1. Menceritakan kepada anak, kisah-kisah keteladanan orang-orang yang pemurah. Jika mereka telah lancar membaca, akan lebih baik bila orangtua menyediakan beberapa buku cerita anak tentang keutamaan sodaqoh/infaq.
2. Membuatkan mereka tabungan khusus untuk "Solidaritas Bagi Kaum Muslimin Yang Tertindas" di mana pun, atau kaum Muslimin yang sedang terkena bencana alam.
3. Memperlihatkan kepada mereka perbuatan sodaqoh/infaq yang kita lakukan.
4. Rutin mengajak mereka ke masjid, kemudian mengajarkan mereka untuk memasukkan infaq ke kotak-kotak amal. Atau mengajarkan mereka memberikan sodaqoh kepada para peminta-minta.
5. Mengajak mereka pada waktu-waktu tertentu, ke kawasan pemukiman orang-orang yang kurang beruntung nasibnya. Lalu ajarkan anak-anak kita berinteraksi dengan anak-anak di sekitarnya. Setelah itu, ada baiknya kita memberikan santunan semampu kita kepada penduduk/anak-anak setempat, di mana anak kita yang akan memberikannya langsung.
Jika kita ingin membuat seluruh anggota keluarga kita menjadi orang-orang yang gemar berinfaq, mudah-mudahan kiat di atas bisa membantu. Memang pada kenyataannya harus diakui, bahwa wacana tentang infaq/sodaqoh kurang direspect oleh masyarakat kita. Walaupun sesungguhnya ia merupakan sokoguru sangat vital bagi pembangunan masyarakat Islam. Kita mungkin baru bisa sebatas angan-angan, andaikata setiap keluarga Muslim memiliki kesadaran berinfaq/berzakat yang kuat, pasti sejak dulu-dulu kita sudah bisa mengenyahkan IMF dari bumi Indonesia.
Karena itu, ajarkanlah seluruh anggota keluarga kita menjadi orang-orang pemurah!

0 komentar:

Posting Komentar

Postingan boleh disebarluaskan, asalkan menyertakan link kembali ke halaman ini.

Berkomentar dengan santun dan hindari SPAM !

 
Toggle Footer
Back to Top